LOST IN TANAH BATAK (SAMOSIR DAY 1, 21-25 AGUSTUS 2014)


DAY 1

Dalam rangka memenuhi undangan pernikahan dari seorang teman, akhirnya saya bisa berkesempatan untuk meng-explore wilayah Medan (Sumatra Utara) dan sekitarnya. Banyak kejadian seru di perjalanan saya kali ini. Seperti biasa, saya dan teman-teman tidak menggunakan jasa pemandu atau supir. We are Lost in Tanah Batak, walaupun cuma ungkapan, karena kami punya "GPS berjalan" yang akurat  dan Supir tangguh lintas kota, dijamin tidak pakai tersasar. Saya sendiri berperan sebagai "alarm", kalau sudah waktunya jam makan :p. Team bolang yang sempurna :p !!
 
Huta Siallagan

Tanggal 21 Agutus 2014, menggunakan penerbangan pagi, jam 8 pagi kami tiba di Bandara Kuala Namu, Medan. Mobil rental yang kami sewa sebesar Rp 250.000,-/hari dari Madan Rental,Bapak Rizal 081260078666 (Mobil Xenianya baru loh :p), sudah stand by di Bandara. Setelah mengurus perijinan sewa mobil, perjalanan kami dimulai dengan "berbunyinya" saya sebagai alarm tanda kelaparan, waktunya sarapan. Setelah melewati wilayah Deli Serdang, di Tanjung Morawa, kami menepi untuk sarapan di RM. Padang. Yes, ini asli enak. Tempatnya lumayan fancy, sekelas RM Padang Sederhana mungkin, karena masih pagi, semua hidangan masih panas mengepul. Cukup Rp. 120.000,-, untuk 3 orang yang makannya SEDIKIT di luar batas manusia normal.

Parapat

Perjalanan dilanjutkan ke arah Tebing Tinggi dan Pematang Siantar, memasuki wilayah ini, banyak terdapat perkebunan kelapa sawit yang sudah terbengkalai. Sayang sekali lahan yang sangat luas ini hanya diisi oleh Kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan. Kalau di Jakarta, 2 bulan kemudian lahan-lahan kosong  ini pasti berubah jadi mall atau apartemen. Selepas Pematang Siantar kami memasuki wilayah Parapat. Disini, kami sudah bisa menikmati viewDanau Toba dari atas. Jalan disini berkelok-kelok dengan view yang indah. Di beberapa lokasi bahkan ada kawanan monyet ekor panjang (dia lagi T_T) duduk-duduk di besi pembatas jalan. Saya tidak sempat dan tidak ingin membuka jendela untuk mengabadikan kawanan "Fans Fanatik Kantong Kresek" ini. Rute yang kami lewati ini, Deli Serdang-Tanjung Morawa-Tebing Tinggi adalah jalur utama lintas Sumatera, jadi harap hati2 karena akan banyak berpapasan dengan truk dan bus besar.

View Dari Ajibata

Sekitar pukul 14.00, kami tiba di pelabuhan Ajibata untuk menyebrang ke Pulau Samosir. Karena setiap jam hanya ada 1 kapal yang berangkat, lebih baik kita antri di loket, sebelum loket dibuka. Untuk tiketnya, sejenis mobil sedan, kijang atau jeep dikenakan biaya sebesar 95.000,- (termasuk pengendara) untuk penumpang sebesar 3.500 per orang

Fery Ajibata Menuju Tomok
Saya salut dengan ketepatan penghitungan berapa mobil dan bus yang bisa masuk di dalam kapal. Begitu pintu pelabuhan ditutup, semua kendaraan antri satu persatu naik ke kapal, dan hasilnya, pas semua kendaraan masuk kedalam kapal itu, tidak ada yang tertinggal dan tidak ada space kosong didalam kapal. 

Penyebrangan Menuju Samosir
Penyebrangan memakan waktu 1 jam melintasi luasnya danau Toba, entah kenapa saya selalu berpikiran kalau di bawah danau Toba itu hidup monster-monster danau (korban film Hollywood) Karena danau terbesar se Asia dan terdalam sedunia ini terlihat sangat tenang berwarna gelap pekat ditambah lagi suhu air yang dingin.


Jam 15.30, kami tiba di Pelabuhan Tomok,  Pulau Samosir, pulau kecil di tengah danau Toba dengan ketinggian 1000 mdpl. Udara disini, layaknya di pegunungan, sinar matahari cukup menyengat, tapi hembusan anginnya sejuk. Perjalanan kami lanjutkan menuju Tuk-Tuk sebagai salah satu desa wisata di Pulau Samosir. Disini banyak terdapat hotel dengan berbagai macam kelas dan restoran-restoran, sangat disayangkan beberapa ruas jalan mengalami kerusakan cukup parah. Jam 16.00 setelah kami check-in di hotel Samosir Villa Resort, kami langsung menjelajah ke arah Utara Pulau Samosir.


Panorama Huta Siallagan
Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah objek wisata budaya batu kursi Raja Siallagan, di wilayah Ambarita. Tiket masuk ke lokasi ini adalah Rp 2.000,-/orang. 

Rumah Adat
Pembuatan Ulos
Masterpiece
Di sini terdapat rumah adat asli Batak (ada yang dijadikan museum dan ada yang masih dihuni oleh penduduk lokal) Didalam museum kita bisa melihat interior dalam rumah, beberapa alat rumah tangga dan mesin pemintal kain Ulos. Selain itu terdapat juga situs bersejarah Kursi Batu Persidangan dan Kursi Pemancungan, dahulu digunakan para Raja untuk menjatuhi hukuman pancung kepada penjahat. 

Kursi Batu Sidang

Lokasi kedua adalah Museum Batak di wilayah Simanindo, terdapat beberapa rumah adat juga disini. 
 
Rumah Adat Simanindo
Yang menarik kami adalah, diujung museum ini berbatas langsung dengan tepi danau Toba, cukup banyak view yang menarik disini, perahu-perahu kayu, danau dan barisan bukit hijau dibelakangnya dengan udara sore yang sejuk, lupa sudah kalau punya deadlinekerjaan di kantor.
Panorama Toba Dari Simanindo
Danau Toba
Pulau Kecil di Tengah Toba
Tepi Toba
Sayangnya waktu kami sore itu tidak banyak, jam 18.00, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, karena beberapa spot jalan di Samosir tidak memiliki lampu penerangan jalan sama sekali. 


Hari pertama di Samosir kami tutup dengan kuliner di Resto Sekapur Sirih, maksud hati mau mencoba Na Niura.Sushi-nya orang Batak ini berbahan dasar dari ikan mas yang dicampur dengan beragam bumbu. Sayang, menu yang kami tunggu itu ternyata sudah ludes aka sold out. Tapi kami sempat mencicipi sambal asli penduduk lokal, namanya sambal Andaliman. Andaliman adalah bauh (sejenis jeruk) dengan ukuran yang kecil-kecil,  di ulek dengan bumbu rempah-rempah yang lain, dijamin nasi 1 pirang tidak akan cukup. Sambal ini pas untuk menambah selera makan, buat kami yang selera makannya sudah baik, akan semakin baik dengan adanya sambal ini. Malam ini kami tidur dengan nyenyak tanpa adanya bunyi alarm kelaparan :p

Adventure is Out There
 See u in Samosir day 2....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

Lagi Naik Daun

Labels