LOST IN TANAH KARO (BERASTAGI DAY 4, 21-25 AGUSTUS 2014)

Sepertinya kami memang kurang "klik" dengan keadaan kota Medan yang hampir menyerupai macetnya kota Jakarta belum lagi "kemahiran" pengemudi Medan yang sering kali membuat kami merasa seperti manula yang berjalan diantara anak abege, selalu di salip dan butuh waktu untuk pulih dari kagetnya kami :p. Karena kami ingin situasi yang lebih tenang (mulai terdengar seperti manula sesungguhnya *_*), kami memutuskan untuk kembali ke Kota Berastagi yang lebih sejuk, berjalan lebih santai dan yang pasti lebih banyak objek wisata alamnya.

Taman Lumbini-Berastagi


Perjalanan kembali ke Berastagi memakan waktu 2 jam dari kota Medan. Saran saya bagi yang ingin melintas di rute Medan-Berastagi ataupun sebaliknya, lebih baik berangkat lebih pagi karena adanya taman bermain di Miki Resort serupa Dunia Fantasi di Jakarta menyebabkan kemacetan yang panjang jika sudah di atas pukul 9 pagi. Hindari pula hari libur, seperti yang kami alami pada hari itu, Minggu. Memang kami tidak sampai terjebak macet karena kami berangkat pukul 7 pagi, tetapi, penyakit lokasi wisata pada saat weekend adalah membludak pengunjungnya. Ada di beberapa lokasi, akhirnya saya hanya menyentuh tombol shutter kamera sebanyak 2 kali, bahkan di lokasi lainnya saya sampai mengurungkan niat untuk turun dari kendaraan. Semuanya karena tingkat keramaian yang menyerupai event year end sale. 

TAMAN LUMBINI 
Tujuan pertama kami di Berastagi adalah Taman Lumbini, terletak di Desa Tongkoh, kabupaten Karo, Berastagi. Jika sudah menemukan tugu Manggis tinggal berbelok ke kiri dan mengikuti petunjuk arah utk sampai di lokasi parkir Lumbini. Untuk masuk ke Taman Lumbini tidak dikenakan biaya, tapi karena ini adalah tempat ibadah mohon untuk tetap menghargai pengunjung yang ingin beribadah. Saat saya disana ada sekelompok anak muda bercanda berteriak-teriak sambil berfoto. Saat ditegur oleh salah satu pengunjung, terikan dan tertawaan berubah menjadi gumaman dan cekikan kecil, 5 menit kemudian berubah seperti semula. Mas-mba, bayangkan kalau posisi kalian sedang beribadah lalu ada yang teriak-teriak, pasti ingin nimpuk kan hehe. Mohon dijaga kesopanan dan tenggang rasanya supaya kita bisa tetap menikmati indahnya Taman Lumbini tanpa menganggu saudara-saudara yang sedang beribadah.

Pagoda Emas
Masih Berfungsi Sebagai Tempat Ibadah
Lumbini ini berbentuk pagoda berwarna emas, replika Pagoda Shwa Degon yang ada di Yangon, Myanmar. Jadi jika kita berfoto disini, boleh berbohong sedikit kalau kita sedang berada di luar negeri. Tidak banyak yang bisa kita foto disini, karena kita hanya bisa mendokumentasikan arsitektur pagoda ini dari luar saja, selain itu bentuknya yang persegi 4 dan memiliki kesamaan di tiap sisinya menyebabkan tidak banyak objek yang bisa kita eksplor. 

BUKIT GUNDALING
Selepas Taman Lumbini, kami mencoba peruntungan mengunjungi Bukit Gundaling. Sedikit cerita rakyat tentang penamaan bukit Gundaling ini, konon katanya dahulu ada gadis desa yang berpacaran dengan pemuda Belanda. Mereka selalu bertemu di satu bukit hingga hubungannya diketahui orang tua si gadis. Sampai suatu saat si gadis tidak menemui pemuda Belanda itu karena telah dinikahkan dengan paksa oleh kedua orangtuanya. Karena menanti si gadis yang tidak kunjung datang, pemuda Belanda itu berucap Good Bye Darling, yang didengar oleh penduduk lokal seperti Gundaling, jadilah dinamakan Bukit Gundaling.

Satu-Satunya View Bebas Keramaian di Bukit Gundaling
Berjarak kurang lebih 3 km dari pusat kota Berastagi. Bukit yang memiliki ketinggian 1575 dari permukaan laut. Dari atas bukit ini pula kita dapat menikmati panorama gunung berapi Sibayak dan Sinabung. Dahulu Gundaling menjadi tujuan wisata murah meriah bagi warga lokal ataupun turis mancanegara. Sangat disayangkan kondisi Gundaling saat ini sudah jauh dari kata nyaman. Hampir setiap sisi bisa dilihat manusia bergelimpangan diatas tikar yang disewakan. Belum lagi produksi sampah dari manusia yang bergelimpangan itu, cukup menyakitkan mata melihat sampah bertebaran dimana-mana.

AIR TERJUN SIKULIKAP
Satu-satunya lokasi sepi yang berhasil saya kunjungi di Berastagi. Mungkin tidak banyak orang yang tau tentang keberadaan air terjun ini. Letaknya persis di dekat gerbang perbatasan antara Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Tepatnya di jalan Jamin Ginting km 54. Di lokasi ini banyak terdapat warung-warung yang menjual jagung bakar, nama komple warung ini adalah Panatapan. Air terjun Sikulikap persis berada di bawah warung-warung ini. 

Pelataran Air Terjun Sikulikap
Perjalanan menuju Sikulikap harus ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit. Berhubung kami tiba dilokasi pukul 5 sore, agak was-was juga untuk meneruskan perjalanan ditambah lagi gerimis kecil mulai mengguyur kami. Sudah dipastikan tidak ada pengunjung lain karena di area penitipan mobil sudah terlihat lengang. Perjalanan harus kami tempuh menembus hutan, 5 menit pertama suara musik dari warung-warung diatas masih terdengar, selanjutnya mulai menghilang dan digantikan suara air jatuh diatas daun dan ranting-ranting yang terinjak. Sumpah, suasana saat itu membuat saya merinding.

Diatas Tebing Ini Berderet Warung-Warung Panatapan
Suasana Sepi dan Tenang di Sikulikap




















Tiba di pelataran air terjun, ada pendopo untuk kita menikmati keindahan Sikulikap. Kami memutuskan untuk tidak turun karena waktu dan hujan yang semakin deras. Dengan ketinggian 30 meter, ternyata air terjun ini cukup indah, apalagi kalau kita tahu letaknya sangat dekat dengan pusat keramaian tetapi disini semua kebisingan hilang, berganti suara alam. Waktu kami tak banyak disini karena tiba-tiba kabut turun. Sempurna suasana horornya. Tiba-tiba teringat cerita orang tua "kalau maghrib jangan main di luar apalagi di tempat baru, nanti disasarin sama Genderuwo, gak bisa pulang loh" Kenapa ya harus mengingat cerita itu sekarang T_T.

Adventure is Out There
Sebenarnya ada beberapa lokasi lain di Berastagi seperti Pemandian Air Panas Sidebuk-debuk, rumah adat Desa Lingga, tetapi karena hari libur, kondisinya sangat ramai dan tidak memungkinkan saya untuk mengambil foto, jadi kami lewatkan saja lokasi-lokasi tersebut. So untuk teman-teman, saran dari saya hindari berkunjung ke lokasi wisata pada hari libur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

Lagi Naik Daun

Labels